Dibalik Kecanggihan Aplikasi Waze (Aplikasi Anti Macet)
Dibalik Kecanggihan Aplikasi Waze (Aplikasi Anti Macet) |
Maraknya smartphone di Indonesia mendorong tingginya penggunaan layanan berbasis lokasi. Layanan semacam ini berhasil mencuri perhatian pengguna perangkat ponsel di Indonesia, karena dianggap memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Menurut survei yang dilakukan lembaga riset TNS, sebanyak 70 persen dari total pengguna seluler di Indonesia mengaku berminat menggunakan layanan berbasis lokasi. Hanya 25 persen yang tidak tertarik.
Aplikasi Waze, merupakan salah satu contoh aplikasi digital berbasis lokasi yang cukup banyak dipakai pengguna smartphone di Indonesia. Waze kerap digunakan sebagai aplikasi wajib untuk digunakan untuk memandu perjalanan hingga menghindari kemacetan.
Waze dimanfaatkan pengguna di Indonesia untuk berbagi informasi dan mengetahui situasi lalu lintas, dengan memanfaatkan fitur GPS. Tak heran jika Indonesia masuk dalam 10 besar pengguna Waze secara global.
Jika ada jalur warna merah, berarti sedang terjadi kemacetan di sana berdasarkan laporan dari pengguna.
Laporan macam ini disebut laporan aktif. Sedangkan yang disebut laporan pasif, pengguna tak harus melaporkan kondisi jalur yang dilewati. Dengan mengaktifkan Waze dan menentukan tempat tujuan, sudah berupa laporan pasif yang merekam data kecepatan rata-rata.
Dari manakah Waze mendapatkan uang? Layanan ini membuka lapak iklan. Ketika pengguna mencari sebuah lokasi, misalnya, bisa muncul iklan toko retail di sekitar daerah tujuan pengguna. Jika pengguna meng-klik iklan tersebut, maka Waze akan mendapat keuntungan. Bukan hanya itu, pengiklan juga dapat menawarkan voucher digital yang dapat ditukarkan di toko retail tersebut.
Waze kini memiliki 78 juta pengguna terdaftar di seluruh dunia. Pada November 2013, jumlah pengguna Waze di Indonesia telah mencapai 750.000 pengguna.
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Silahkan beri komentar untuk kemajuan TikaNesia.com